Minggu, 13 Juni 2010

untukmu, teman


15 Mei 2010
entah aku teringat anak laki-laki yang satu ini. yang setahun ke belakang ini kuberi panggilan 'papih'
jadi ceritanya saya ebuddy, sekedar lihat akun-akun yang saya yakini jemari tangannya tak jauh melakukan hal serupa dengan ibu jari ini.
Singkat cerita saya tertarik untuk meminta anak laki-laki itu untuk saling berbalas dinding..
Semakin kesini, merasa ada yang janggal, ada apa..dan ya..
Hari ini, tahun ke 16 dalam hidupnya
dan sebersit ingatanku, setahun yang lalu.......
(..)
"lind! Lilinnya gada yang kecil...(melambai-lambaikan tiga lembar pattimura)"
"yaudaaaaah! lilin mati lampu ajalah toh!"
"NGEK?!"
"cepeeeetlah, tar piso nya pinjem kantin tantan aja!"
"iaia"
(..)
"HAPPY BIRTHDAY KALAS TERCINTAAAA!!!"
....
ah..hari itu..anak laki-laki itu bertahun 15..
Dan ia meniup 'lilin mati lampu' itu tanpa ekspresi..hanya terlihat kerepotan dengan gaduh suara koloni sab ke 2 dan 3 tempat duduk kami..ya..kelas kami..persis sebelah timur laut lapangan upacara kami..


Ah...itu 15!
Sekarang 16!
Entah kenapa 16 banyak jadi arti buat tiap pribadi diantara kami..

Dan hari ini..
Aku menyayangimu,sahabat..
Anak laki-laki itu..
Ya, teman debatku..tempat teriakanku..tempat aku mencurahkan sisi lembut diri ini..

Yang sempat buatku khawatir melihat infus itu..
Aku menangis kala ibumu menangis..ya..siang itu..rumah sakit..
Aku memeluk ibumu..
Dia banyak bercerita tentang apapun..
Apapun..
Sosok seorang kakak perempuan tangguh..terpancar pada mata penghuni kamar sebelah timur ruang tamu rumahmu..
Dengan beribu talenta yang dia punya..jujur, aku sirik padamu! Aku tak punya saudara kandung perempuan..
Dan aku menyayanginya juga..

Untukmu, Rofi Arofah..

Senin, 15 Maret 2010


WANITA DAN TANGISAN

sebenernya ini tulisan saya di blog saya yang lain, tapi berhubung saya lebih eksis di blog yang ini, saya move deh :)


Nangis..Tangisan..Isakan ya sesuatu yang terlandaskan kekuatan emosional yang sulit terkendali bagi setiap manusia normalnya. Entah mengapa kaum hawa yang selalu dicap dengan sendirinya sebagai kaum yang sering melakukan aktivitas ini disadari atau tidak.
Sebuah tangisan mampu merubah segalanya. Mengapa saya punya anggapan demikian? Alasan pertama, suatu siang dihari yang agak mendung sepulang sekolah, dengan tidak disengaja saya menyaksikan sebuah pemandangan yang nyata namun justru timbul tanda tanya. Saya melihat seorang perempuan yang kebetulan memang teman saya sedang menangis terisak-isak dengan penuh luapan emosi yang mendalam. Ya,saya bisa tangkap itu dari matanya, bahasa tubuhnya, dan isakannya yang begitu meraung. Di hadapannya, tepat dihadapannya, ada sosok lelaki yang saya tahu ia adalah pacar si perempuan itu. Lalu apa bedanya dengan kasus tangisan yang lain? Bukankah pengalaman itu dirasa tidak jarang ditemukan?
Bukan itu, teman saya itu adalah sosok perempuan cantik yang perkasa. Kehebatan karatenya bisa dibilang sangat patut dikagumi, permainan basket yang membuat mata terbelalak, hingga kepiawaian jiwanya untuk punya percaya diri yang tinggi dalam setiap momen.
Tapi itulah WANITA, tetap identik dengan isak deru tangisan. Sehebat apapun seorang wanita, sekuat apapun jiwanya, sekokoh apapun pendiriannya, seperkasa apapun dirinya, tetap.....
...
...
Isak tangis bisa mengalahkan itu semua.....